Selasa, 05 Juli 2011

AIR MATA

Seandainya kepedihan
Dapat terbendung dengan air mata
Maka mungkin tak ada lagi kegelisahan
Dalam setiap jiwa

Tetapi mengapa air mata
Tak mampu membahasakan
Jeritan jiwa yang gersang
Ia malkah menjadi tameng
Kelemahan jiwa

Apakah tangisan adalah
Solusi bagi segalanya?
Jika ia… lagi-lagi
Air mata hanyalah milik pengkhianat hati
Astagfirullah… dimanakah mutiara yang ihklas mengalir?

Maafkan aku

Maafkan aku
Kegundahanku coba menghantuiku..
Kerisauanku..
Coba tuk lupakanmu?
Maafkan aku yang membenci dirimu..
Ku tak ingin ini terjadi tapi haruslah terjadi juga
Maafakan aku yang tak ingin menyapa dirimu..
Ku tak ingin terluka oleh keangkuhan sikapmu itu..
Derita yang kutahan melukai jiwa ini..
Luka yang kau berikan ..
Meninggalkan setiap semangat hatiku?
Mengapa engkau angkuh kepadaku ?
Menepiskan semua pertanyaanku..
Meninggalkan kesendirianku ?
Kau takkan pernah bias untuk menjawabnya..
Karena engkau tak ingin menjawabnya..
Ku ingin lupakan dirimu?
Menghapus semua kenangan tentangmu..
Dan menyendiri tuk lupakanmu..
Tapi..
Buanglah tatapanmu dariku..
Yang kan membuatku ingat dirimu kembali..
Yang kan melukai batinku lagi..
Dan yang kan mengusik mimpi mimpiku kembali..
Kau terlalu angkuh tuk kutemani..
Terlalu sombong tuk kudekati..
Terlalu munafik tuk ku berbagi..
Maafkan aku..
Aku hanya ingin kau mengerti
Tentang risau hati ini
Dan buanglah angkuhmu untuk diriku?
Yang kerap kali melukai jiwa ini
Aku ingin kau kembali
Kembali pada diri ini
Karena aku???

Sekarang…!!! Buktikan…!!!

Revolusi telah merubah alam, dan kau…!!!
Masihkah hanya diam di langkahmu tak bergerak
Seperti dongohmu telah kau rasa itu mengasyikan
Haripun kau sadari telah menghentikan detak hatimu
Tapi apa yang sedang kau pikirkan…???
Apa yang sedang kau perbuat…???
Kau hanya bisa menghayalkan masa esokmu
Tak coba kau raih itu, tak pula ayunkan kakimu
Sepertinya kau adalah sang pemimpi sejati
Aku tahu mungkin sudah kau rencana harimu
Dalam benakmu layaknya peta hidupmu
Tapi apa..???
Itu hanya gambaranmu semata ,Hanya sebatas imajinasimu saja
Apa kau sudah puas dengan menyandang gelar “ Pecundang “
Gelar yang kau pertaruhkan dengan sikapmu yang anti “ Resiko “
Jika kau menolak dan tak setuju dengan itu
Sekarang biarkan dunia bisa saksikan bahwa kau “ Bukan pecundang “
Kalau engkau adalah “ Pejuang hidupmu ” yang suka “ Resiko ”
Karena hidup ini penuh “ Resiko ” dan “ Tantangan ”
Dan kau harus tahu itu, tahu sebenar-benarnya
Biarkan pula aku saksikan bahwa kamu “ Bisa ”
Merubah mimpi dan hayalmu jadi realitamu juga kenyataanmu
Bukan imajinasi juga gambaranmu semata
Aku yakin kamu “ Bisa”, kamu “ Mampu ”
Lakukan sekarang, jangan ulur lagi waktumu
Jangan tunggu esok hari kan tiba mengejarmu
Sekarang …!!!!
Buktikan…!!!!

Senin, 04 Juli 2011

Siapakah Sosok Hitam Itu???

Mendung warnai dunia gelapku..
Suram mengisi kebimbangan hatiku..
Cinta…
Bualan akan indahnya cinta buatku buta..
Aku terbalut kebohongan cinta..
Yang menjeratku kuat..
Hinggaku tak berkutik dibuatnya..
Hinggaku tak kuasa menahannya..

Aku terdiam sejenak..
Masuki dunia khayalku..
Hinggaku terpaku dalam lamunan..
Lamunan yang selama ini rasuki rongga dadaku..
Lamunan yang selama ini hantui ruang jiwaku..

Aku terbayang sesuatu..
Sebuah sosok pecahkan lamunanku..
Hamburkan isi pikiranku..
Aku terdiam…
Entah kenapa sosok itu buatku rapuh..
Tangisanpun tak kuasa kubendung..

Secercah kilat menyambar..
Binar kilat terangi sosok hitam itu untuk sekejap..
Dan perasaan takutpun mencuat..
Menyembul ke permukaan jiwaku..
Tanpa kusadari…
Sosok hitam itu mendekatiku perlahan..
Membelai rambutku…

Pukul 2 malam di tengah kamarku..
Petir menyambar sekali lagi..
Kegalauan hatiku semakin memuncak..
Sosok itu mencekik leherku..
Mencengkram tubuhku kuat..
Buatku terkulai lemas dilantai kamarku..

Perlahan sosok itu pergi…
Dikala tertutupnya mataku..
Dikala terhentinya napasku..

Pukul 7 pagi di kamarku..
Aku ditemukan tewas..
Tubuhku terbujur kaku..
Tanpa ada yang tahu..
Siapakah Sosok Hitam Itu?

Aku Mencintaimu Ibu

Ibu..
Kau memberikan separuh hidupmu..
Memberikan banyak cinta untukku sepanjang hidupmu..
Menjadi tempat mengaduku..
Kau memberikan semangat untukku..
Memberikan waktumu untukku..
Hanya kau wanita yang paling kucintai di dunia ini..

Ibu..
Hanya kau yang mempunyai waktu untuk mencintaiku..
Ibu..
Hanya air matamu yang mengalir untukku..
Ibu..
Hanya engkau yang menyerahkan nyawamu untuk menyelamatkanku..

Hanya ada uluran tanganmu ketika aku menangis..
Hanya ada senyummu ketika aku bersedih..
Hanya ada tawamu ketika aku senang..

Ibu..
Hanya engkau yang ada dalam hatiku
Ibu..
Seandainya aku bisa menghapus air matamu..
Seandainya ibu tahu aku juga merasakan pedihnya hatimu..
Aku merasakan jika ibu sedang sedih..
Tapi ANAK kecilmu ini tidak dapat berbuat seperti yang ibu lakukan padaku..

Ibu..
Seandainya aku bisa menggantikan kesedihan ibu dengan tawaku..
Seandainya aku bisa memberikan nyawa ini walau hanya separuh dari nyawaku..
Seperti yang ibu lakukan ketika melahirkan aku..

Seandainya aku bisa menjadi tempat mengadumu..
Seperti aku yang bisa mengadu padamu..

Aku hanya ingin menyapu air matamu, ibu….
Aku juga ingin merasakan perih dan pedih yang ibu rasakan
Ibu..
Sejuta cintaku
Sejuta kasihku
Sejuta perhatianku
Dan sejuta sujudku ditelapak kakimu…

Allah
Angkatlah beban ibuku…
Hanya Engkau yang bisa
Karena hanya Engkau tempat mengadu ibuku..

Ibu
Aku mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwaku

Hanya untuk ibu seorang..

Menyebut namamu di malam hari

Kubelah ayat-ayat batumu di kulminasi bukit
Yang terhampar di sajadahku
Kujatuhkan di tebingtebing lautmu
Cuma gemuruh ombak dalam takbirku

Angin mana di gurun-gurunmu beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepitepi
hutanmu
Dan bersafsaf di oasis bumimu yang letih

Kuseru namamu tak henti-henti
Di ruasruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu
minum di waktu sepertiga malam

Minumlah, enyahkan dahagamu,
pakai saja cawanku
dan basuh prasangkamu,
setidaknya kau mengerti
diamku bukan mengulum awan kebencian
bahkan itu sudah kutitipkan
pada kuku-kuku setan
yang tempo hari menggedor kalbuku,
namun ia terbakar dan lari
karena senyumku memperlihatkan sungai darahku
bermuara pada jantung
yang dipenuhi sidik jari air mata
yang menimbunku disetiap dua pertigaan malamNya,
dimana aku hanyalah daun kering
di ujung-ujung jari kakiNya.
Tapi Tuhan membalas dengan menyelimutiku
dan mengizinkanku diam-diam membisikkan namamu.

Minumlah,
aku tahu kau teramat lelah,
kejengkelan memasung jiwamu terlampau ketat
hingga langkahmu gagap dan bergeming.
Biar ketulusanku hanyutkan bara yang membakar hatimu
kan ku pinta angin mengecup peluh duka laramu
sampai kering.
Kau bilang sejumput riwayatku menyirami tunas-tunas jiwamu
kau anyam menjadi catatan sejarah
dan dipamerkan kepada ibunda bintang
Yang menyusui cahaya di hatimu.
Bagiku ini sudah cukup
kau melumuri tubuhku dengan do’a-do’a,
lalu dengan lahap kau nikmati hidangan qiyaamulail
selagi temaram taat pada singgasananya,
sebelum bulan pucat pasi.
Seperti sedia kala.

Minumlah....